Pengertian
Hujan
Hujan adalah
jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel-partikel air dengan diameter 0.5 mm
atau lebih. Jika jatuhnya sampai ke tanah maka disebut hujan, akan tetapi
apabila jatuhnya tidak dapat mencapai tanah karena menguap lagi maka jatuhan
tersebut disebut sebagai Virga.
Kejadian
penguapan menyebabkan terbentuknya titik-titik uap air pembentuk awan. Apabila
suhu awan mencapai mencapai titik embun menyebabkan terjadinya proses
pengembunan dan apabila berat butiran yang terjadi lebih besar dari pada gaya
tekan udara keatas, maka terjadilah hujan.
Proses udara
dapat bergerak ke atas dibedakan menjadi :
- Konvektif ( adanya gerakan udara ke atas akibat pemanasan setempat, daerah relatif sempit, terjadi pada sore hari).
- Siklon (terjadi akibat udara panas bergerak diatas lapisan udara dingin, intensitas sedang, daerah luas dan berlangsung relatif lama).
- Orografis (terjadi karena udara bergerak keatas akibat adanya pegunungan)
Hujan
juga dapat didefinisikan dengan uap yang mengkondensasi dan jatuh ketanah dalam
rangkaian proses hidrologi. Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap
air yang berasal dari awan yang terdapat di atmosfer. Bentuk presipitasi
lainnya adalah salju dan es. Untuk dapat terjadinya hujan diperlukan
titik-titik kondensasi, amoniak, debu dan asam belerang. Titik-titik kondensasi
ini mempunyai sifat dapat mengambil uap air dari udara.
Satuan curah
hujan selalu dinyatakan dalam satuan millimeter atau inchi namun untuk di
Indonesia satuan curah hujan yang digunakan adalah dalam satuan millimeter
(mm). Curah hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu
meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter
atau tertampung air sebanyak satu liter. Curah hujan merupakan ketinggian
air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap,
dan tidak mengalir.
Dalam proses
pengalihragaman hujan menjadi aliran ada beberapa sifat hujan yang penting
untuk diperhatikan, antara lain adalah intensitas hujan (I), lama waktu hujan
(t), kedalaman hujan (d), frekuensi (f) dan luas daerah pengaruh hujan (A) . Komponen hujan dengan sifat-sifatnya ini dapat dianalisis
berupa hujan titik maupun hujan rata-rata yang meliputi luas daerah tangkapan (chatment)
yang kecil sampai yang besar.
Intensitas hujan
adalah banyaknya curah hujan persatuan jangka waktu tertentu.
Intensitas curah hujan juga bisa diartikan ketinggian curah hujan yang terjadi
pada suatu kurun waktu di mana air tersebut terkonsentrasi. Intensitas curah
hujan dinotasikan dengan huruf I dengan satuan mm/jam. Apabila dikatakan
intensitasnya besar berarti hujan lebat dan kondisi ini sangat berbahaya
karena berdampak dapat menimbulkan banjir, longsor dan efek negatif
terhadap tanaman.
Durasi adalah
lamanya suatu kejadian hujan. Intensitas hujan yang tinggi pada umumnya
berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak sangat luas. Hujan yang meliputi daerah luas, jarang sekali dengan
intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang.
Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi panjang jarang
terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan
ditumpahkan dari langit.
Hujan merupakan
unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut waktu maupun tempat dan
hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor pembatas bagi kegiatan
pertanian secara umum. Oleh karena itu klasifikasi iklim untuk wilayah
Indonesia (Asia Tenggara umumnya) seluruhnya dikembangkan dengan
menggunakan curah hujan sebagai kriteria utama.
Curah hujan
mempunyai peran yang sangat penting. Berdasarkan data curah hujan dapat
dilakukan penggolongan iklim menurut perbandingan antara jumlah rata-rata bulan
kering dengan jumlah rata-rata bulan basah. Bulan kering terjadi jika curah
hujan bulanan kurang dari 60 mm/bulan, sedangkan bulan basah terjadi jika curah
hujan bulanan diatas 0 mm/bulan. Diantara bulan kering dan bulan basah tersebut
terdapat bulan lembab yang terjadi apabila curah hujan bulanan antara 60-100
mm/bulan.
Tipe Hujan
Hujan dibedakan
menjadi empat tipe, pembagiannya berdasarkan faktor yang menyebabkan terjadinya
hujan tersebut :
1.
Hujan Orografi
Hujan ini
terjadi karena adanya penghalang topografi, udara dipaksa naik kemudian
mengembang dan mendingin terus mengembun dan selanjutnya dapat jatuh sebagai
hujan. Bagian lereng yang menghadap angina hujannya akan lebih lebat dari pada
bagian lereng yang ada dibelakangnya. Curah hujannya berbeda menurut
ketinggian, biasanya curah hujan makin besar pada tempat-tempat yang lebih
tinggi sampai suatu ketinggian tertentu.
2.
Hujan Konvektif
Hujan ini
merupakan hujan yang paling umum yang terjadi didaerah tropis.
Panas yang menyebabkan udara naik keatas kemudian mengembang dan secara
dinamika menjadi dingin dan berkondensasi dan akan jatuh sebagai hujan. Proses
ini khas buat terjadinya badai guntur yang terjadi di siang hari yang
menghasilkan hujan lebat pada daerah yang sempit. Badai guntur lebih sering
terjadi di lautan dari pada di daratan.
3.
Hujan Frontal
Hujan ini
terjadi karena ada front panas, awan yang terbentuk biasanya tipe stratus dan
biasanya terjadi hujan rintik-rintik dengan intensitas kecil. Sedangkan pada
front dingin awan yang terjadi adalah biasanya tipe cumulus dan cumulunimbus
dimana hujannya lebat dan cuaca yang timbul sangat buruk. Hujan front ini
tidak terjadi di Indonesia karena di Indonesia tidak terjadi front.
4.
Hujan Siklon
Tropis
Siklon tropis
hanya dapat timbul didaerah tropis antara lintang 0°-10° lintang utara dan
selatan dan tidak berkaitan dengan front, karena siklon ini berkaitan dengan
sistem tekanan rendah. Siklon tropis dapat timbul dilautan yang panas, karena
energi utamanya diambil dari panas laten yang terkandung dari uap air. Siklon
tropis akan mengakibatkan cuaca yang buruk dan hujan yang lebat pada daerah
yang dilaluinya.
Distribusi Hujan
Hujan merupakan
unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannnya sangat tinggi
baik menurut waktu maupun menurut tempat. Oleh karena itu kajian
tentang iklim lebih banyak diarahkan pada hujan. Berdasarkan pola hujan,
wilayah Indonesia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pola Monsoon, pola
ekuatorial dan pola lokal.
Pola Moonson
dicirikan oleh bentuk pola hujan yang bersifat unimodal (satu puncak musim
hujan yaitu sekitar Desember). Selama enam bulan curah hujan relatif
tinggi (biasanya disebut musim hujan) dan enam bulan berikutnya rendah (bisanya
disebut musim kemarau). Secara umum musim kemarau berlangsung dari
April sampai September dan musim hujan dari Oktober sampai Maret.
Curah hujan
diukur dalam satuan milimeter (mm). Pengukuran curah hujan dilakukan melalui
alat yang disebut penakar curah hujan dan diukur setiap jam 07 pagi waktu
setempat.
Pola equatorial
dicirikan oleh pola hujan dengan bentuk bimodal, yaitu dua puncak hujan yang
biasanya
terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober saat matahari berada
dekat equator. Pola lokal dicirikan oleh bentuk pola hujan unimodal (satu
puncak hujan) tapi bentuknya berlawanan dengan pola hujan pada tipe moonson,
seperti terlihat pada gambar.
Alat Pengukur Curah Hujan
Presipitasi/hujan
adalah suatu endapan dalam bentuk padat/cair hasil dari proses kondensasi
uap air di udara yang jatuh ke permukaan bumi. Satuan ukur untuk presipitasi
adalah Inch, millimetres (volume/area), atau kg/m2 (mass/area) untuk
presipitasi bentuk cair.
1 mm hujan
artinya adalah ketinggian air hujan dalam radius 1 m2 adalah
setinggi 1 mm, apabila air hujan tersebut tidak mengalir, meresap atau menguap.
Pengukuran curah hujan harian sedapat mungkin dibaca/dilaporkan dalam skala
ukur 0.2 mm (apabila memungkinkan menggunakan resolusi 0.1 mm)
Prinsip kerja
alat pengukur curah hujan antara lain : pengukur curah hujan biasa
(observariaum) curah hujan yang jatuh diukur tiap hari dalam kurun waktu
24 jam yang dilaksanakan setiap pukul 00.00 GMT, pengukur curah hujan otomatis
melakukan pengukuran curah hujan selama 24 jam dengan merekam jejak hujan
menggunakan pias yang terpasang dalam jam alat otomatis tersebut dan dilakukan
penggantian pias setiap harinya pada pukul 00.00 GMT, sedangkan pengukuran
curah hujan digital dimana curah hujan langsung terkirim ke monitor komputer
berupa data sinyal yang telah di ubah ke dalam bentuk satuan curah hujan.
Faktor yang Mempengaruhi Curah Hujan
Sebagai salah
satu kawasan tropis yang unik dinamika atmosfernya dimana banyak dipengaruhi
oleh kehadiran angin pasat, angin monsunal, iklim maritim dan pengaruh berbagai
kondisi lokal, maka cuaca dan iklim di Indonesia diduga memiliki karakteristik
khusus yang hingga kini mekanisme proses pembentukannya belum diketahui banyak
orang. Secara umum curah hujan di wilayah Indonesia didominasi oleh adanya
pengaruh beberapa fenomena, antara lain sistem Monsun Asia-Australia, El-Nino,
sirkulasi Timur-Barat (Walker Circulation) dan sirkulasi Utara-Selatan (Hadley
Circulation) serta beberapa sirkulasi karena
pengaruh local.
Variabilitas
curah hujan di Indonesia sangatlah kompleks dan merupakan suatu bagian chaotic
dari variabilitas monsun. Monsun dan pergerakan ITCZ (Intertropical Convergence
Zone) berkaitan dengan variasi curah hujan tahunan dan semi tahunan di
Indonesia, sedangkan fenomena El-Nino dan Dipole Mode berkaitan dengan variasi
curah hujan antar tahunan di Indonesia.
Indonesia
dikenal sebagai satu kawasan benua maritim karena sebagian besar
wilayahnya didominasi oleh lautan dan diapit oleh dua Samudera yaitu Samudera
Hindia dan Samudera Pasifik. Oleh karena itu elemen (unsur) iklimnya terutama
curah hujan memungkinkan dipengaruhi oleh keadaan suhu permukaan laut (SPL) di
sekitarnya. Salah satu fenomena yang dicirikan oleh adanya suatu perubahan SPL
yang kemudian mempengaruhi curah hujan di Indonesia adalah fenomena yang
terjadi di Samudera Hindia yang dikenal dengan istilah Dipole Mode (DM) yang
tidak lain merupakan fenomena couple antara atmosfer dan laut yang ditandai
dengan perbedaan anomali dua kutub Suhu Permukaan Laut ( SPL) di Samudera
Hindia tropis bagian timur (perairan Indonesia di sekitar Sumatera dan Jawa)
dan Samudera Hindia tropis bagian tengah sampai barat (perairan pantai timur
Benua Afrika).
Pada saat
anomali SPL di Samudera Hindia tropis bagian barat lebih besar daripada di
bagian timurnya, maka terjadi peningkatan curah hujan dari normalnya di
pantai timur Afrika dan Samudera Hindia bagian barat. Sedangkan di Indonesia
mengalami penurunan curah hujan dari normalnya yang menyebabkan kekeringan,
kejadian ini biasa dikenal dengan istilah Dipole Mode Positif (DM +). Fenomena
yang berlawanan dengan kondisi ini dikenal sebagai DM (-). Hasil kajian yang
dilakukan Saji. et al menunjukkan adanya hubungan antara fenomena DM dengan
curah hujan yang terjadi di atas Sumatera bagian Selatan sebesar -0,81.
Seperti halnya
di Sumatera Barat, analisis keterkaitan kejadian DM terhadap perilaku curah
hujan yang tersebar di beberapa stasiun penakar curah hujan yang ada di
Sumatera Barat dan Sumatera Selatan. Dengan menggunakan lebih banyak data
stasiun untuk kedua kawasan tersebut, diharapkan dapat dianalisis keadaan curah
hujan di kawasan tersebut yang mewakili curah hujan sebenarnya terutama yang
terjadi pada saat kejadian DM.
Untuk
memprediksi kecenderungan yang akan terjadi pada periode mendatang adalah
melihat tiga kemungkinan kejadian yaitu kondisi normal, ada El Nino atau kah
muncul La Nina. Ada dua cara yang dapat dilakukan, pertama melihat
prediksi anomali suhu muka laut (Sea Surface Temperatur Anomaly (SSTA))
Kriteria pada tabel 2.1 dan melihat Indeks Osilasi Selatan (Southern Ocilation
Indeks (SOI)) dengan Tabel 2.2 yakni melihat nilai beda tekanan atmosfer antara
Tahiti dan Darwin.
Pola Curah Hujan dan Hubungan dengan Vegetasi
Curah hujan
yang tinggi dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan tanaman besar. Sebaliknya,
semakin kita bergerak ke daerah dengan curah hujan rendah tumbuhan akan
didominasi oleh tumbuhan kecil, belukar, padang rumput, dan akhirnya kaktus atau tanaman
padang pasir lainnya. Komunitas organisme tumbuhan di dunia dapat dibagi
menjadi tiga macam yang utama. Berikut akan diuraikan macam komunitas organisme
tumbuhan berdasarkan perubahan naik garis lintang (yang berarti pula penurunan
temperaturnya) dalam pembagian mintakat (zona) temperatur.
Macam tumbuhan
tersebar sepanjang perubahan kekeringan atau penurunan kelembaban. Tiga macam
komunitas tumbuhan tersebut sebagai berikut.
1. Hutan, tumbuhan utama berupa pohon-pohon besar.
2. Padang rumput, tumbuhan utama adalah rumput.
3. Gurun, tumbuhan utama dan kondisi iklimnya.
Setiap jenis
komunitas tumbuhan tersebut, dibagi lagi menjadi beberapa jenis komunitas.
Berikut disajikan jenis komunitas, pembagiannya, dan kondisi iklimnya.
Padang Rumput
Daerah padang
rumput ini terbentang dari daerah tropika sampai ke daerah subtropika. Curah
hujan di daerah padang rumput pada umumnya antara 250 - 500 mm/tahun. Pada
beberapa padang rumput, curah hujan itu dapat mencapai 1.000 mm, tetapi
turunnya hujan tidak teratur. Hujan yang tidak teratur dan porositas yang
rendah mengakibatkan tumbuhan sulit untuk mengambil air. Tumbuhan yang dapat
menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungan seperti itu adalah rumput. Daerah
padang rumput yang relatif basah, seperti terdapat di Amerika Utara, rumputnya
dapat mencapai tiga meter, misalnya rumput-rumput bluestem dan indian grasses,
sedangkan daerah padang rumput yang kering mempunyai rumput yang pendek.
Contohnya adalah rumput buffalograsses dan rumput grama.
Padang rumput terdiri atas beberapa macam seperti berikut.
a.
Tundra terdapat di daerah bersuhu dingin dan curah
hujan rendah. Kondisi seperti ini mengakibatkan jenis tumbuhan yang ada adalah
rumput-rumput kerdil.
b.
Praire terdapat di daerah dengan curah hujan yang
berimbang dengan musim panas. Rumput di praire lebih tinggi dibandingkan rumput
tundra.
c.
Steppa terdapat di daerah dengan curah hujan tinggi.
Daerah steppa umumnya terdiri atas rumput-rumput pendek dan diselingi oleh
semak belukar.
Tumbuhan yang
bisa tahan hidup di daerah savana adalah jenis tumbuhan yang tahan terhadap
kelembaban rendah. Biasanya, berupa rumput-rumput tinggi diselingi semak
belukar dan pohon-pohon tinggi. Savana terdiri atas sebagai berikut.
a.
Belukar tropik:
tumbuh berjenis-jenis semak, pada musim hujan tumbuh dengan mudah.
b. Hutan sabana: tumbuh dengan sistem menjalar dan
menutupi tanah, pohon tinggi jarang.
c.
Sabana: padang
rumput yang diselingi oleh pohon-pohon tinggi.
d. Semi Arid: daerah yang jarang hujan sehingga ditumbuhi
oleh semak-semak yang tahan panas.
Gurun
Pada umumnya,
tumbuhan yang hidup di gurun berdaun kecil seperti duri atau tidak berdaun.
Tumbuhan tersebut berakar panjang sehingga dapat mengambil air dari tempat yang
dalam dan dapat menyimpan air dalam jaringan spon.
Daerah gurun
banyak terdapat di daerah tropis dan berbatasan dengan padang rumput. Keadaan
alam dari padang rumput ke arah gurun biasanya makin jauh makin gersang. Curah
hujan di gurun adalah rendah, yaitu sekitar 250 mm/tahun atau kurang. Hujan
lebat jarang terjadi dan tidak teratur. Pancaran matahari sangat terik dan
penguapan tinggi sehingga suhu siang hari sangat panas. Pada musim panas, suhu
dapat lebih dari 40ºC. Perbedaan suhu siang dan malam hari (amplitude harian)
sangat besar. Tumbuhan yang hidup menahun di gurun adalah tumbuhan yang dapat
beradaptasi terhadap kekurangan air dan penguapan yang cepat.
Apabila hujan
turun, tumbuhan di gurun segera tumbuh, berbunga, dan berbuah dengan cepat. Hal
ini dapat terjadi dalam beberapa hari saja setelah hujan, tetapi sempat
menghasilkan biji untuk berkembang lagi dalam musim berikutnya.
Tundra
Daerah tundra
hanya terdapat di belahan bumi utara dan kebanyakan terletak di daerah
lingkungan kutub utara. Daerah ini memiliki musim dingin yang panjang serta gelap
dan musim panas yang panjang serta terang terus menerus. Daerah tundra di kutub
ini dapat mengalami gelap berbulan-bulan karena matahari hanya mencapai 231/2º LU/LS. Di
daerah tundra tidak ada pohon yang tinggi. Kalau ada pohon maka pohon itu
terlihat pendek seperti semak. Di daerah tundra ini banyak terdapat lumut,
terutama spagnum dan lichenes (lumut kerak). Tumbuhan semusim di daerah tundra
biasanya berbunga dengan warna yang menyolok dengan masa pertumbuhan yang
sangat pendek sehingga pada musim pertumbuhan, pemandangannya sangat indah.
Tumbuhan di daerah ini dapat beradaptasi terhadap keadaan dingin sehingga akan
tetap hidup meskipun dalam keadaan beku.
Hutan Tropis
Di daerah hutan
basah tropika terdapat beratus-ratus spesies tumbuhan, yang mungkin berbeda
dengan yang lain. Hutan-hutan basah tropika di seluruh dunia mempunyai
persamaan. Sepanjang tahun hutan basah cukup mendapat air dan keadaan alamnya
memungkinkan terjadinya pertumbuhan yang lama sehingga komunitas hutan tersebut
akan kompleks. Misalnya, terdapat di daerah tropika dan subtropika yang ada di
Indonesia, daerah Australia bagian utara, Irian Timur, Afrika Tengah, dan
Amerika Tengah.
Pohon-pohon
utama memiliki ketinggian antara 20 - 40 meter dengan cabang-cabangnya yang
berdaun lebat sehingga membentuk suatu tudung (canopy) yang mengakibatkan hutan
menjadi gelap. Daerah tudung tersebut cukup mendapat cahaya matahari, tetapi
hanya akan mendapat air dari hujan dan tidak ada sumber air lainnya.
Dalam hutan
basah juga terdapat perubahan-perubahan iklim mikro dari tudung hutan ke bawah
sampai ke dasar hutan. Pada tudung hutan terdapat juga kaktus, yang mempunyai
jaringan khusus untuk menyimpan air. Tersebarnya daerah kaktus dari gurun yang
kering sampai ke hutan basah tropika yang daerah tudungnya juga kering,
merupakan contoh dari preadaptasi. Preadaptasi berarti adaptasi terhadap suatu
daerah yang juga sesuai bagi daerah lain yang lingkungannya sangat berbeda.
Dasar hutan selalu gelap, air hujan sulit mencapai dasar hutan tersebut secara
langsung, tetapi kelembaban di daerah itu tinggi dan suhu sepanjang hari hampir
tetap, yaitu rata-rata 25ºC. Pada hutan bawah tropika selain pepohonan yang
tinggi, terdapat tumbuhan yang khas, yaitu liana dan epifit. Contoh liana
adalah rotan dan contoh epifit adalah anggrek.
Hutan Gugur
Di daerah yang
beriklim sedang, selain terdapat banyak padang rumput dan kadang-kadang ada
gurun, yang paling khas adalah adanya hutan gugur, yang disebabkan oleh hal-hal
berikut.
a. Curah hujan merata sepanjang tahun, yaitu antara 750
sampai 1.000 mm per tahun serta adanya musim dingin dan musim panas. Dengan
adanya musim dingin dan musim panas ini tumbuhan di daerah tersebut mengadakan
penyesuaian, yaitu dengan menggugurkan daunnya menjelang musim dingin.
b.
Musim yang
mendahului musim dingin disebut musim gugur. Sejak musim gugur sampai musim
semi, tumbuhan yang menahun pertumbuhannya terhenti. Tumbuhan semusim mati pada
musim dingin, yang tinggal hanya bijinya. Tumbuhan yang tahan dingin dapat berkecambah
menjelang musim panas.
Perbedaan hutan
gugur dan hutan basah adalah dalam hal kepadatan pohonnya. Di hutan gugur,
pohon-pohonnya tidak terlalu rapat dan jumlah spesiesnya sedikit, yaitu antara
10 sampai 20 spesies.
Taiga
Taiga adalah hutan
pohon pinus yang daunnya seperti jarum. Pohon-pohon yang terdapat di hutan
taiga misalnya konifer, terutama pohon spruce (picea), alder (alnus), birch
(betula), dan juniper (juniperus). Daerah taiga merupakan bioma yang hanya
terdiri atas satu spesies pohon. Taiga kebanyakan terdapat di belahan bumi
bagian utara (Siberia Utara, Rusia, Kanada Tengah dan Utara), dengan masa
pertumbuhan pada musim panas berlangsung antara 3 sampai 6 bulan. Penyebaran
fauna atau hewan darat terutama binatang menyusui banyak ditentukan oleh
rintangan alam dan sebagian adanya hubungan antara daratan-daratan.
0 Response to "Curah Hujan Dan Pengaruhnya Terhadap Komunitas"
Post a Comment