Bioteknologi
Forensik (Dna Fingerprint)
Pengertian,
Sejarah, dan Manfaat
DNA
fingerprint adalah teknik untuk mengidentifikasi seseorang berdasarkan pada
profil DNA nya. DNA fingerprint yang merupakan gambaran pola potongan DNA dari
setiap individu karena setiap individu mempunyai DNA fingerprint yang berbeda,
maka dalam kasus forensik info ini bisa digunakan sebagai bukti kuat kejahatan
di sidang pengadilan
DNA
fingerprint adalah salah satu teknik biologi molekuler penanda genetik yang
dipakai untuk pengujian terhadap materi profil DNA, yaitu sehimpunan
data yang menggambarkan susunan DNA yang dianggap khas untuk individu yang
menjadi sampelnya.
DNA
Fingerprint yang pertama kali diadopsi pada 1985 oleh Alec Jeffreys dari Oxford
University. Penemuan Jeffrey ini dapat memberikan metode baru yang dapat
mengungkap karakteristik dari masing-masing orang, dengan penanda gennya karena
dalam setiap tubuh manusia, binatang, serta tanaman, dan mikroorganisme,
terdapat sebuah struktur DNA yang unik.
Penggunaan
DNA untuk pembuktian kasus kriminal pertama kali dilakukan pada tahun 1987, dalam
sebuah kasus pemerkosaan di Inggris.Di Indonesia, istilah
DNA fingerprint mulai mencuat sebagai cara identifikasi forensik
setelah terjadi rentetan peristiwa peledakan bom di tanah air, seperti kasus
bom Bali, bom JW Marriot, peledakan bom di depan Kedubes Australia dan
lain-lain.
Beberap
Jenis Teknik Analisa Hasil Pemeriksaan DNA Fingerprint
DNA
fingerprint atau yang dikenal dengan sidik jari DNA adalah salah satu metode
yang digunakan untuk mengidentifikasi kekhasan pola DNA setiap individu khususnya
dalam bidang forensik. DNA fingerprint setiap individu berbeda-beda sehingga
dapat digunakan sebagai bukti forensik pada kasus kejahatan. Tes DNA
fingerprint ini bisa digunakan DNA yang terdapat pada inti sel atau DNA
mitokondria.
Analisis
menggunakan DNA inti telah lebih dulu digunakan dalam bidang forensik dan
berkembang pesat. Analisis menggunakan DNA inti memiliki akurasi yang tinggi
karena dirujuk pada DNA inti kedua orangtua (diploid). Kelemahan metode ini
adalah bila salah satu atau kedua orangtua tidak ada. Penggunaan DNA inti
saudara seayah-ibu, anak, paman, dan bibi atau kakek dan nenek kandung
memerlukan koreksi berdasarkan segregasi Mendel. Sedangkan generasi ketiga atau
saudara sepupu tidak dapat digunakan
Analisis
menggunakan DNA mitokondria memiliki kelebihan utama yaitu penggunaan mtDNA
adalah jumlah molekulnya yang mencapai ribuan dalam satu sel sehingga
memungkinkan dilakukan analisis dari sampel yang sangat sedikit, misalnya
cairan tubuh, akar atau batang rambut bahkan tulang dan fosil tulang. Selain
itu, bentuknya yang relatif lebih stabil dan resisten terhadap degradasi.
Ketiadaan mitokondria ayah pada keturunannya mempermudah analisis penurunan
mtDNA. Karakteristik ini memungkinkan mtDNA sebagai alat untuk mengetahui
hubungan maternal antar individu, mempelajari antropologi, serta biologi
evolusi berbagai makhluk hidup. Kelemahan penggunaan mtDNA adalah kemungkinan
menemukan kesamaan antar individu yang relatif tinggi, terutama individu
yang terkait hubungan keluarga segaris ibu.
Adapun
jenis-jenis analisa DNA yang dapat dilakukan pada tes DNA fingerprint adalah
sebagai berikut:
Restriction
Fragment Length Polymorphism (RFLP)
Pada
prinsipnya, RFLP merupakan semua mutasi yang menghilangkan ataumenciptakan
sekuen rekognisi baru bagi enzim restriksi. Penyisipan (inersi),penghilangan
(delesi), maupun subtitusi nukleotida yang terjadi pada daerahrekognisi suatu
enzim restriksi menyebabkan tidak lagi dikenalinya situspemotongan enzim
restriksi dan terjadinya perbedaan pola pemotogan DNA.
Teknik
pertama yang digunakan analisa DNA dalam bidang forensik adalah RFLP.
Polimorfisme yang dinamakan Restriction Fragment Leght Polymorphism (RFLP)
adalah suatu polimorfisme DNA yang terjadi akibat variasi panjang fragmen
DNAsetelah dipotong dengan enzim retriksi tertentu menjadi fragmen Variable
Number Of Tandem Repeat (VNTR).
Teknik ini dilakukan dengan memanfaatkan suatu enzim restriksi yang mampu
mengenal urutan basa tertentu dan memotong DNA (biasanya 4-6 urutan basa).
Enzim
restriksi ini dihasilkan oleh bakteri dan dinamakan menurut spesies bakteriyang
menghasilkannya. Enzim yang berbeda memiliki recognition sequence
yang berbeda sehingga panjang segmen tersebut bervariasi pada tiap orang,
hal ini disebabkankarena titik potong enzim yang berbeda dan panjang segmen
antara titik potong juga berbeda.
Analisa yang
dihasilkan adalah variasi pada panjang fragmen DNA yang telahditentukan.
Setelah selesai, pola RFLP tampak seperti kode batang (bar code)
Saat membandingkan hasil analisa dua sampel, pola batang pada autoradiograf
dibandingkan untuk menentukan apakah kedua sampel tersebut berasal dari sumber
yang sama.
Proses pada
teknik RFLP diawali dengan proses pemotongan denganmenggunakan enzim restriksi
tertentu menjadi segmen-segmen yang berbeda. Kemudiandengan menggunakan gel
yang dialiri arus listrik, potongan DNA diurutkan berdasarkan panjangnya.
Proses ini dinamakan electroforensis dan prinsip pada proses in
adalah potongan DNA yang lebih pendek bergerak lebih cepat daripada yang
lebih panjang.
Kemudian
dengan menggunakan fragmen pendek DNA (DNA probe) yang mengandung petanda
radioaktif maka akan dideteksi DNA yang berasal dari lokasi pada genome yang
memiliki ciri yang jelas dan sangat polimorfik. Pada proses ini DNA probe akan
berikatan dengan potongan DNA rantai tunggal dan membentuk DNA rantai
ganda pada bahan nilon. DNA probe yang tidak berikatan akan dicuci.
Membran nilon yang berisi potongan DNA yang telah ditandai dengan DNA
probe selanjutnya ditransfer pada selembar film X-ray. Pada proses ini akan
tampak hasil berupa kode batang yang disebut autorad. Pola inilah yang
dibandingkan untuk mengetahui apakah kedua sampel bersal dari sumber yang sama.
b. Polymerase
Chain Reaction (PCR)
Metode PCR
adalah suatu metode untuk memperbanyak DNA template tertentu dengan enzim
polymerase DNA. Reaksi teknik inididesain seperti meniru penggandaan atau
replikasi DNA yang terjadi dalam makhluk hidup, hanya pada segmen tertentu
dengan bantuan enzim DNA polymerase sebanyak 20hingga 40 siklus (umumnya 30
siklus), dengan tingkat akurasi yang tinggi. Proses yang terjadi pada teknik
ini serupa dengan cara DNA memperbanyak jumlahnya dalam sel. Ada
tiga tahap yang dilakukan di laboratorium yaitu:
1.
Denaturation
Denaturation
yaitu dengan memanaskan segmen atau urutan DNArantai ganda pada suhu 96º,
sehingga DNA rantai ganda akan memisah menjadi rantai tunggal.
2.
Annealing
atau Hybridization
Pada proses
ini setiap rantai tunggal tersebut dipersiapkan dengan cara mengikatkannya
dengan DNA primer.Tahap ini dilakukan dengan menurunkan suhu hingga ke kisaran
40-60ºC selama 20-40detik.
3.
Extension
atau Elongasi
Pada tahap
ini, DNA polymerase ditambahkan dan dilakukan peningkatan suhu ke kisaran suhu
kerja optimum enzim DNA polymerase, yaitu suhu 70-72ºC. Kemudian, DNA
polymerase akan memasangkan dNTP yang sesuai dengan pasangannya, dilanjutkan
dengan proses replikasi. Enzim akan memperpanjang rantai baru ini hingga ke
ujung dan lamanya waktu ekstensi bergantung pada panjang daerah yang akan
diamplifikasi.
c. Short Tandem
Repeats
STRs (Short
Tandem Repeat)adalah suatu istilah genetik yang digunakan untuk menggambarkan
urutan DNA pendek (2-5 pasangan basa) yang diulang. Genome setiap manusia
mengandung ratusan STRs.Metode ini paling banyak dikembangkan karena metode ini
cepat, otomatis dan memilikikekuatan diskriminasi yang tinggi. Dengan metode
STRs dapat memeriksa sampel DNAyang rusak atau dibawah standar karena ukuran
fragmen DNA yang diperbanyak olehPCR hanya berkisar antara 200 500 pasangan
basa.
Selain itu
pada metode ini dapat dilakukan pemeriksaan pada setiap lokus yangmemiliki
tingkat polimorfisme sedang dengan memeriksa banyak lokus dalam
waktu bersamaan. Teknik yang digunakan adalah multiplexing yaitu
dengan memeriksa banyak lokus dan berbeda pada satu tabung. Dengan cara
ini dapat menghemat waktu danmenghemat sampel. Analisis pada teknik ini
didasarkan pada perbedaan urutan basa STRs dan perbedaan panjang atau
pengulangan basa STRs.
3. Analisa Hasil Tes DNA Fingerprint
Analisis DNA
untuk tes paternitas meliputi beberapa tahap yaitu tahap pengambilan spesimen,
tahap proses laboratorium, tahap perhitungan statistik dan pengambilan
kesimpulan. Untuk metode tes DNA di Indonesia, masih memanfaatkan metode
elektroforesis DNA. Intrepretasi hasilnya adalah dengan cara menganalisa pola
DNA menggunakan marka STR (short tandem repeats). STR adalah lokus DNA yang
tersusun atas pengulangan 2-6 basa. Dalam genom manusia dapat ditemukan
pengulangan basa yang bervariasi jumlah dan jenisnya. Dengan menganalisa STR
ini, maka DNA tersebut dapat diprofilkan dan dibandingkan dengan sampel DNA
terduga lainnya.
Ketika
sampel DNA yang telah dimurnikan dimasukkan ke dalam mesin PCR sebagai tahapan
amplifikasi, maka hasil akhirnya berupa copy urutan DNA lengkap dari DNA
sampel. Selanjutnya copy urutan DNA ini akan dikarakterisasi dengan
elektroforesis untuk melihat pola pitanya. Karena urutan DNA setiap orang
berbeda, maka jumlah dan lokasi pita DNA (pola elektroforesis) setiap individu
akan berbeda juga. Pola pita inilah yang disebut DNA sidik jari(DNA finger
print) yang akan dianalisa pola STR nya. Tahap terakhir adalah DNA berada
dalamt ahapan typing, proses ini dimaksudkan untuk memperoleh tipe DNA. Mesin
PCR akan membaca data-data DNA dan menampilkannya dalam bentuk angka-angka dan
gambar-gambar identifikasi DNA. Penetapan hasil tes DNA ini dilakukan
mencocokkan tipe DNA korban dengan tipe DNA pihak tercurigai atau dengan tipe
DNA yang telah tersedia dalam data base.Jika dari pembacaan, diperoleh tingkat
homolog melebihi ambang yang ditetapkan (misal 90%),maka dapat dipastikan
korban adalah kerabat pihak tercurigai.
Adapun
beberapa tahap analisa DNA fingerprint adalah sebagai berikut:
a.
Isolasi DNA
Sistematika
ini dimulai dari proses pengambilan sampel. Setelah sampel didapat dari bagian
tubuh tertentu, DNA fingerprint dimulai dengan isolasi DNA, kemudian sampel DNA
diamplifikasi dengan menggunakan PCR. Bahan kimia yang digunakan untuk isolasi
adalah Phenolchloroform dan Chilex. Phenolchloroform
digunakan untuk isolasi darah yang berbentuk cairan, sedangkan chilex digunakan
untuk isolasi barang bukti berupa rambut.
b.
Memotong,
mengukur dan mensortir
Enzim yang
khusus disebut enzim restriksi digunakan untuk memotong bagian-bagian tertentu.
Misalnya enzim Eco Ri, yang ditemukan dalam bakteri akan memotong DNA yang
mempunyai sequen GAATT. Potongan DNA disortir menurut ukuran dengan teknik
penyaringan disebut elektrophoresis. Potongan DNA dilewatkan gel yang dibuat
dari agarose Teknik ini untuk memisahkan pita-pita menurut berat molekulnya.
c.
Transfer DNA
ke membran nilon
Distribusi
potongan DNA ditransfer pada sehelai nylon dengan menempatkan membran nylon
diatas gel dan direndam selama 1 malam.
d.
Probing
Dengan
menambahkan radioaktif atau pewarna probe pada sehelai membran nylon
menghasilkan DNA fingerprint, Setiap probe seperti batang pendek (pita) hanya 1
atau 2 tempat yang khas pada helaian membran nylon tersebut.
4. Contoh Teknik Sampel dan Isolasi DNA
Seperti yang
telah disebutkan sebelumnya, sampel untuk analisis DNA dapat diperolehdari
berbagai jaringan, seperti bagian tulang, darah, sperma, dan sebagainya. Setiap
jenis sampel yang berbeda mempunyai teknik penyiapan sampel yang berbeda
dan teknik isolasi DNA yang berbeda pula. Beberapa teknik pengambilan sampel
dan isolasi sebagai berikut:
a. Tulang
Pertama,
hancurkan tulang sampai berupa bubukan halus dan mesin bor dengankecepatan
tertentu sehingga diperoleh bubukan tulang berukuran 100 µm. Dekalsifikasi 1gr
bubuk tulang dengan 10 ml EDTA 0,5 M (pH 7,5), selanjutnya divorteks,
diinkubasi pada suhu 56ºC dalam alat ultrasonik selama 2 jam. Proses
tersebut dipantau dengan menambahkan larutan amonium oksalat pH 3.0 jenuh dan
proses dihentikan setelahlarutan jernih. Kedua, DNA diisolasi dari tulang yang
didekalsifikasi menggunakan 4 metode, yaitu metode Maxim (Silika/guanidium
tiosianat), peranti DNAZol, pirant Ready AMP, dan ekstraksi menggunakan
garam dapur NaCl. ketiga, dilakukan visualisasi DNA pada gel agarosa
konvensional menggunakanmetode pengecatan perak dan perancangan primer
menggunakan perangkat lunak.
b. Jaringan
Sejumlah
kecil contoh jaringan (=1.0-mm persegi) dimasukkan ke dalam tabung Eppendorf
yang berisi 500 larutan 5% chelex (berat/ vol dlm H20) dan dihancurkandengan
ujung pipet. Sampel ini kemudian diputar (divortex) selama 1 menit, dan
diinkubasikan pada suhu 56C selama 15 menit. Vortex kembali selama 1 menit, dan
panaskan pada suhu 95C selama 10 menit. Sekali lagi dilakukan pemusingan
(vortex) selama1 menit, dan disentrifus pada kecepatan 12,000g selama 3 menit.
Supernatan yangdiperoleh (sekitar15 µl) siap digunakan untuk PCR.
c. Darah dan Bercak darah (pada
pakaian, karpet, tempat tidur, dan perban)
Darah yang
diambil adalah darah vena. Darah diambil minimal 2 ml denganmenggunakan
antikoagulan EDTA. EDTA akan menjaga agar DNA tidak terjadi degradasikarena
DNAse akan dinonaktifkan. Tahapan isolasi DNA menggunakan darah adalah
pemisahan sel darah putih dengan darh yang memiliki komponen-komponen
lengkap,tahap purifikasi bertujuan untuk membersihkan sel darah putih dari
zat-zat lainnya, tahap selanjutnya dalah presipitasi dilakukan dengan cara
meneteskan larutan presipitasi protein dan kemudian divortex yang bertujuan
untuk menghomogenkan larutan. Langkah akhirnya adalah pemberian tris-EDTA yang
bertujuan untuk melarutkan kembali DNA untuk dipreservasi.
d. Sperma dan bercak sperma
Salah satu
cara pengambilan langsung sperma adalah dengan secara fisik memisahkan
sel-sel sperma pelaku dari sel-sel epitel korban. Sel-sel sperma
dapatdikumpulkan dalam partikel-partikel magnetik atau butiran-butiran yang
dapat dilapisidengan antibodi khusus untuk protein sperma. Butiran-butiran
tersebut kemudiandibersihkan untuk menyingkirkan sel-sel epitel korban.
Akhirnya, sperma yang telahdimurnikan tersebut dimasukan ke dalam reaksi PCR
untuk menghasilkan profil DNA pelaku. Cara ini sangat tergantung dari
keutuhan sel sperma, yang sulit didapatkan pada kasus dengan bukti kekerasan
seksual yang sudah lama. Adapun prosedur penarikan sperma adalah:
1)
Memasukkan sampel ke dalam tabung ekstraksi dan
menambahkan 500 µl Buffer Stain Ekstraksi dan 5 µl Proteinase K (20
ug/ul). Campur hingga homogen daninkubasi selama 2 jam pada suhu 37ºC
2)
Sentrifus selama 5 menit pada kecepatan 16000 rpmc.
3)
Membagi sampel menjadi 3 fraksi : F1, F2, F3. F3
adalah Cairan yang tumpahditempatkan pada tabung ekstraksi baru, untuk
selanjutnya diproses sesuaikebijaksanaan analis, F1 : Pisahkan cairan
supernatan pada tabung mikrosentrifus, F2: Pelet sel sperma dibiarkan pada
tabung ekstraksi awal
4)
Fraksi F2 : Menambahkan 500 µl Buffer Stain Ekstraksi
dan 5 µl Proteinase K (20 ug/ul).Campur hingga homogen dan inkubasi selama 30
menit pada suhu 37ºC. Sentrifus selama 5 menit pada kecepatan 16000 rpm.
Memurnikan pellet sel sperma dengan 1ml TNE, sentrifus pada kecepatanmaksimum
selama 10 menit. Pisahan dan buang buffer TNE. Setelah dimurnikan,1 µl pellet
dapat dianmbil untuk KPIC.
5)
Campur
hingga homogen dan inkubasi selama 2 jam pada suhu 37ºC
6)
Meletakkan
sampel F3 pada tabung ekstraksi dan sentrifus selama 5 menit padakecepatan
16000 rpm
7)
Ektraksi
organic : menambahkan 500 µl phenol / kloroform / isoamyl alcohol padacairan.
Kocok selama 1 menit hingga diperoleh emulsi keruh. Sentrifus selama 2menit
pada kecepatan maksimum
8) Menempatkan cairan jernih dari ekstraksi organic ke
dalam tabung Microcon 100.Sentrifus, lalu keringkan
9) Menambahkaan 50 100 µl TE lagi untuk membersihkan
komponen residu ektraksidari DNA. Sentrifus hingga kering
10) Menambahkan
TE secukupnya, saring, lalu campur hingga homogen
5. Metode Pemeriksaan DNA Fingerprint
Pada Berbagai Kasus
DNA
Fangerprint pada umumnya memiliki dua tujuan yaitu tujuan pribadi seperti,
penentuan perwalian anak atau penentuan orang tua dari anak (Tes Paternitas),
urusan imigrasi dan kewarganegaraan, solusi kasus bayi tertukar, dan untuk
mengidentifikasi korban kecelakaan. Tujuan hukum seperti, untuk pembuktian
terhadap kasus-kasus ktiminal (pemerkosaan atau pembunuhan).
a. Penentuan perwalian anak atau
penentuan orang tua dari anak (Tes Paternitas)
Tes
paternitas adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah seorang
pria adalah ayah biologis dari seorang anak. Metode tes paternitas terbagi atas
metode analisis DNA dan metode konvensional. Tes paternitas dengan menggunakan
analisis DNA merupakan analisis informasi genetik yang sangat spesifik dalam
membedakan ciri setiap individu, sehingga dapat memastikan (hampir 100%) bahwa
sesorang adalah ayah biologis si anak atau bukan.
b. Urusan Imigrasi dan Kewarganegaraan
Orang
Indonesia yang menikah dengan warga Negara asing dan berniat memboyong anak
mereka pindah ke luar negeri harus memperlengkapi diri dengan hasil tes DNA
yang membuktikan bahwa benar anak tersebut merupakan anak biologis mereka.
Tujuannya untuk menghindari praktik perdagangan anak atau masuknya anak dengan
cara ilegal.
c. Solusi kasus bayi tertukar
Kasus bayi
tertukar kebanyakan disebabkan kelalaian atau kecerobohan para penyedia jasa kesehatan.
Misalnya, bayi yang baru lahir di rumah bersalin/rumah sakit tidak langsung
diberi penanda identitas, bisa juga penanda ini mudah lepas, tintanya mudah
terhapus dan lain-lain. Kecurigaan orangtua dibuktikan dengan tes DNA untuk
memastikan identitas bayi yang sebenarnya.
d. Peristiwa Bom Bali
Peristiwa
pengeboman di bali yang menewaskan banyak orang dari berbagai negara dengan
keadaan korban yang tidak bisa dikenali lagi menjadikan DNA Fingerprint sebagai
salah satu cara yang tepat untuk mengidentifikasi para korban. Identifikasi
dapat dilakukan dengan tes DNA yang membutuhkan sampel seperti rambut, darah, daging, tulang, mukosa rongga mulut dan kuku,
yang kemudian akan di cocokkan dengan anggota keluarga korban. Dengan syarat
inti sel pada sampel yang digunakan masih dalam keadaan baik (tidak rusak).
e. Pembunuhan
Penggunaan teknik sidik jari dalam menyelesaikan kasus kriminal yang
menyangkut pembunuhan dan pemerkosaan seorang gadis sekolah dilakukan oleh sir
Alex Jefferies dan rekan kerjanya yaitu Dr. Peter Gill dan Dr. Dave warret di
Inggris. Mereka melakukan penyelidikan dengan memeriksa bukti berupa noda yang
sudah mengering. Yang terpenting yang dilakukan oleh Dr. Gill adalah
mengembangkan penyelidikan dengan metode memeriksa sebaran sperma di sekitar
sel vagina. Deterjen bisa menghilangkan sel vagina tapi tidak untuk sel sperma.
Tanpa pengembangan ini sangat sulit untuk menggunakan DNA sebagai bukti dalam
menangani kasus-kasus pemerkosaan.
Jefri dan rekan kerjanya membandingkan bukti DNA yang dikumpulkan dalam
kasus yang mereka tangani dengan contoh air mani dari pembunuhan yang mirip
yang terjadi sebelumnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa kedua kejahatan itu
dilakukan oleh orang yang sama. Dari sini, polisi memiliki satu tersangka
utama. Tetapi ketika bukti DNA yang ada dibandingkan dengan darah tersangka
ternyata sangat jelas perbedaanya. Kedua DNA tersebut sama sekali tidak cocok.
Penyelidikan kemudian dilanjutkan, polisi mengumpulkan bukti-bukti DNA sebanyak
5500 buah dari berbagai populasi dengan cara tes darah sederhana, dari sini
kemudian diambil 10 % untuk penyelidikan lebih lanjut. Setelah perdebatan yang
cukup rumit tentang hasil analisis, penyelidikan akhirnya dihentikan karena tidak
ada profil yang cocok dengan si pembunuh.
Setelah beberapa lama muncullah titik terang, seorang pria berkata bahwa ia
dapat memberikan sampel atas nama temannya, pria itu kemudian diperiksa,
ternyata serangkaian tes bisa dimengerti dan DNAnyapun dianalisis. Hasilnya
ternyata pola dari DNA pria itu cocok dengan DNA dalam semen tersangka. Pria
tersebut akhirmya mengaku telah melakukan dua kejahatan dan akhirnya harus
mendekam dalam penjara untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya itu.Kasus ini
digunakan sebagai salah satu dasar penting tentang keterbatasan penggunaan DNA
sebagai barang bukti. Dari kasus tersebut terlihat bahwa apabila tidak ada
sampel yang sudah terlebih dahulu diketahui untuk dibuat perbandingan, sangat
sulit untuk menentukan identitas orang yang dicari. Contohnya, apabila sampel
darah dari korban dan tersangka sudah diketahui, pengelidik sangat mungkin
untuk menentukan tersangka tunggal lewat identifikasi darah DNA yang ditemukan
di pakaian tersangka.
Pemerkosaan
Pembuktian dengan menggunakan DNA pertama kali digunakan di Amerika Serikat
dan bisa memberikan penjelasan ilmiah terhadap ribuan kasus kriminal.
Pentingnya penggunaan bukti DNA lebih berguna ketika digunakan untuk
menunjukkan kesalahan pernyataan saksi mata. Pernyataan saksi yang mungkin
terlihat sebagai bukti standar pada umumnya dapat keliru. Pada tahun 1988
Victor Lopez, dituduh melakukan penyerangan seksual terhadap tiga orang wanita.
Ketiga wanita itu melapor kepada polisi bahwa mereka diserang oleh lelaki berkulit
hitam. Pada kenyataannya Victor Lopez tidak berkulit hitam, kejadian ini
diangkat sebagai kasus yang tidak jelas. Darah Victor dianalisis dan
dibandingkan dengan sperma yang tertinggal di tempat kejadian, ternyata DNA itu
cocok. Akhirnya Lopez dinyatakan bersalah atas kasus tersebut.
0 Response to "Bioteknologi Forensik (DNA Fingerprint)"
Post a Comment