Pengertian Bioremediasi
Bioremediasi berasal
dari dua kata yaitu bio dan remediasi yang
dapat diartikan sebagai proses dalam menyelesaikan masalah. bioremediasi merupakan
pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan dengan memanfaatkan proses
biologi dalam mengendalikan encemaran. bioremediasi mempunyai
potensi untuk menjadi salah satu teknologi lingkungan yang bersih, alami, dan
paling murah untuk mengantisipasi masalah-masalah lingkungan.
Bioremediasi diartikan sebagai proses pendegradasian bahan
organik berbahaya secara biologis menjadi senyawa lain seperti karbondioksida
(CO2), metan, dan air. bioremediasi merujuk pada penggunaan secara produktif
proses biodegradatif untuk menghilangkan atau mendetoksi polutan (biasanya
kontaminan tanah, air dan sedimen) yang mencemari lingkungan dan mengancam
kesehatan masyarakat
Bioremediasi adalah proses pembersihan lingkungan dari bahan pencemaran dengan
menggunakan material biologis antara lain tumbuhan dan mikroorganisme.
Bioremediasi adalah suatu proses pemulihan polutan dengan memanfaatkan
jasa makhluk hidup seperti mikroba (bakteri, fungi, khamir), tumbuhan hijau
atau enzim yang dihasilkan dalam proses metabolisme mereka. Bagi mikroba
tertentu, polutan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan
mereka.
Bioremediasi bukan sesuatu yang baru. Manusia telah
bergantung pada proses biologi untuk mengurangi sampah selama jutaan tahun.
Dalam pengertian sederhana, diluar rumah-yang memanfaatkan mikroba alami untuk
mendegradasi sampah dari manusia-adalah satu contoh dari bioremediasi. Pabrik
pengolahan limbah juga telah menggunakan mikroba untuk mendegradasi sampah manusia
selama beberapa dekade. Sejak tahun 1900-an, orang-orang sudah
menggunakan mikroorganisme untuk
mengolah air pada saluran air. Saat ini, bioremediasi telah berkembang pada
perawatan limbah buangan yang berbahaya (senyawa-senyawa kimia yang sulit untuk
didegradasi), yang biasanya dihubungkan dengan kegiatan industri. Yang termasuk
dalam polutan-polutan ini antara lain logam-logam berat, petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa
organik terhalogenasi seperti pestisida, herbisida, dan lain-lain. Banyak
aplikasi-aplikasi baru menggunakan mikroorganisme untuk mengurangi polutan
yang sedang diujicobakan.
Jadi bioremediasi adalah salah satu teknologi alternatif untuk mengatasi masalah lingkungan dengan memanfaatkan bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme yang dimaksud adalah khamir, fungi (mycoremediasi), yeast, alga dan bakteri yang berfungsi sebagai agen bioremediator. Selain dengan memanfaatkan mikroorganisme, bioremediasi juga dapat pula memanfaatkan tanaman air. Tanaman air memiliki kemampuan secara umum untuk menetralisir komponen-komponen tertentu di dalam perairan dan sangat bermanfaat dalam proses pengolahan limbah cair ( misalnya menyingkirkan kelebihan nutrien, logam dan bakteri patogen). Penggunaan tumbuhan ini biasa dikenal dengan istilah fitoremediasi.
Jadi bioremediasi adalah salah satu teknologi alternatif untuk mengatasi masalah lingkungan dengan memanfaatkan bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme yang dimaksud adalah khamir, fungi (mycoremediasi), yeast, alga dan bakteri yang berfungsi sebagai agen bioremediator. Selain dengan memanfaatkan mikroorganisme, bioremediasi juga dapat pula memanfaatkan tanaman air. Tanaman air memiliki kemampuan secara umum untuk menetralisir komponen-komponen tertentu di dalam perairan dan sangat bermanfaat dalam proses pengolahan limbah cair ( misalnya menyingkirkan kelebihan nutrien, logam dan bakteri patogen). Penggunaan tumbuhan ini biasa dikenal dengan istilah fitoremediasi.
Bioremediasi juga dapat
dikatakan sebagai proses penguraian limbah organik/anorganik polutan secara
biologi dalam kondisi terkendali. Bioremediasi
merupakan sistem pengembalian kondisi lingkungan yang sudah tercemar kembali
pada kondisi awal. Teknik bioremediasi secara prinsip menambahkan
mikroorganisme tertentu untuk menormalkan kembali lingkungan yang telah rusak
akibat tingginya senyawa metabolitoksik terutama amoniak dan nitrit
Tujuan Bioremediasi
Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat
pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida
dan air) atau dengan kata lain mengontrol, mereduksi atau bahkan mereduksi bahan
pencemar dari lingkungan.
Jenis-jenis Mikroorganisme yang berperan dalam bioremediasi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bioremediasi
adalah salah satu teknologi alternatif untuk mengatasi masalah lingkungan
dengan memanfaatkan bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme yang dimaksud adalah
khamir, fungi (mycoremediasi), yeast, alga dan bakteri. Mikroorganisme akan
mendegradasi zat pencemar atau polutan menjadi bahan yang kurang beracun atau
tidak beracun. Polutan dapat dibedakan menjadi dua yaitu bahan pencemar organik
dan sintetik (buatan).
Bahan pencemar dapat dibedakan berdasarkan kemampuan
terdegradasinya di lingkungan yaitu :
a. Bahan pencemar yang mudah terdegradasi (biodegradable
pollutant), yaitu bahan yang mudah terdegradasi di lingkungan dan dapat
diuraikan atau didekomposisi, baik secara alamiah yang dilakukan oleh dekomposer
(bakteri dan jamur) ataupun yang disengaja oleh manusia, contohnya adalah
limbah rumah tangga. Jenis polutan ini akan menimbulkan masalah lingkungan bila
kecepatan produksinya lebih cepat dari kecepatan degradasinya.
b. Bahan pencemar yang sukar terdegradasi atau lambat
sekali terdegradasi (nondegradable pollutant), dapat menimbulkan masalah
lingkungan yang cukup serius. Contohnya adalah jenis logam berat seperti timbal
(Pb) dan merkuri.
Proses Bioremediasi
Proses utama pada bioremediasi adalah biodegradasi,
biotransformasi dan biokatalis. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang
diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah
struktur kimia polutan tersebut. Enzim mempercepat proses tersebut dengan cara
menurunkan energi aktivasi, yaitu energi yang dibutuhkan untuk memulai suatu
reaksi. Pada proses ini terjadi biotransformasi atau biodetoksifikasi senyawa
toksik menjadi senyawa yang kurang toksik atau tidak toksik. Pada banyak kasus,
biotransformasi berujung pada biodegradasi. Degradasi senyawa kimia oleh
mikroba di lingkungan merupakan proses yang sangat penting untuk mengurangi
kadar bahan-bahan berbahaya di lingkungan, yang berlangsung melalui suatu seri
reaksi kimia yang cukup kompleks dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak
berbahaya dan tidak beracun. Misalnya mengubah bahan kimia menjadi air dan gas
yang tidak berbahaya misalnya CO2. Dalam proses degradasinya, mikroba
menggunakan senyawa kimia tersebut untuk pertumbuhan dan reproduksinya melalui
berbagai proses oksidasi. Enzim yang dihasilkan juga berperan untuk mengkatalis
reaksi degradasi, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai
keseimbangan. Lintasan biodegradasi berbagai senyawa kimia yang berbahaya dapat
dimengerti berdasarkan lintasan mekanisme dari beberapa senyawa kimia alami
seperti hidrokarbon, lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Sebagian besar dari
prosesnya, terutama tahap akhir metabolisme umumnya berlangsung melalui proses
yang sama.
Supaya proses tersebut dapat berlangsung optimal,
diperlukan kondisi lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangangbiakan mikroorganisme. Tidak terciptanya kondisi yang optimum akan
mengakibatkan aktivitas degradasi biokimia mikroorganisme tidak dapat
berlangsung dengan baik, sehingga senyawa-senyawa beracun menjadi persisten di
lingkungan. Agar tujuan tersebut tercapai diperlukan pemahaman akan
prinsip-prinsip biologis tentang degradasi senyawa-senyawa beracun, pengaruh
kondisi lingkungan terhadap mikroorganisme yang terkait dan reaksi-reaksi yang
dikatalisnya. Salah satu cara untuk meningkatkan bioremediasi adalah melalui
teknologi genetik. Teknologi genetik molekular sangat penting untuk
mengidentifikasi gen-gen yang mengkode enzim yang terkait pada bioremediasi.
Karakterisasi dari gen-gen yang bersangkutan dapat meningkatkan pemahaman kita
tentang bagaimana mikroba-mikroba memodifikasi polutan beracun menjadi tidak
berbahaya.
Sistem bioremediasi yang paling sering digunakan adalah
fitoremediasi yaitu usaha untuk menurunkan bahan pencemar dengan menggunakan
agen hayati atau tumbuhan, tumbuhan air yang paling sering digunakan adalah
eceng gondok, duck weed dan juga kayu apu. Jamur yang sering
digunakan adalah cendawan ektomikoriza yang dapat meningkatkan toleransi
tanaman terhadap logam beracun dengan melalui akumulasi logam-logam dalam hifa
ekstramatrik dan “extrahyphae slime” sehingga mengurangi serapannya ke
dalam tanaman inang.
0 Response to "Bioremediasi"
Post a Comment