A. Aturan Pembelajaran Relasional dan Prosedural
Ada dua jenis aturan dalam pembelajaran yang
pernah dipelajari dalam Bab 4 yaitu; aturan penghubung (relasional) dan aturan
prosedural. Pertama, aturan relasional adalah menghubungkan antara dua konsep atau
lebih. Hubungan ini sering digambarkan dalam bentuk hubungan sebab
akibat. Misalnya, pada hukum Boyle “bila tekanan meningkat, maka volume
menurun (dan sebaliknya)”. Contoh lainnya terdapat pada penjelasan di bawah ini.
1. Bidang mekanika: Daya = Kerja / Waktu (misalnya, jika jumlah
tertentu kekuasaan yang dikeluarkan dalam jumlah waktu tertentu, jika Anda
membagi waktu dan menjaga kata konstan Anda akan melipatgandakan kekuatan).
2. Bidang sosiologi: jika masyarakat mengalami industrialisasi, maka
penduduk akan tumbuh pesat pada awalnya dan kemudian tingkat dimana sebagai
akibat dari penurunan berturut-turut dalam tingkat kematian dan tingkat
kelahiran.
3. Bidang statistik: Jika mean, median, dan modus dari distribusi adalah
sama, maka terdistribusi secara normal.
4. Bidang optik: Semakin besar kelengkungan lensa cembung, semakin
pendek panjang fokus.
5. Bidang matematika: para asosiasi properti di samping dapat
direpresentasikan sebagai berikut: (a + b) + c = a + (b + c).
6. Bidang ekonomi: Semakin banyak unit produk ekonomi tertentu
seseorang memperoleh, kurang bersemangat orang itu untuk membeli lebih banyak
lagi (produk itu).
Aturan hubungan membantu peserta didik
memahami antara konsep yang ada dengan kenyataan di lapangan. Kedua, aturan prosedural yaitu aturan
yang berkaitan dengan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menyelesaikan
suatu masalah dalam pembelajaran. Misalnya, dalam pembelajaran bahasa
Indonesia, menulis karangan. Aturan yang harus dilakukan oleh siswa dalam
penulisan karangan, siswa terlebih dahulu menentukan tema yang akan dijelaskan,
kemudian diikuti dengan langkah-langkah berikutnya.
B. Proses Kognitif dalam Pembelajaran Aturan Relasional
Pada proses pembelajaran kognitif, akan
dipelajari bagaimana perbedaan antara kedua aturan tersebut. Berikut proses
pada aturan relasional:
JIKA penggambaran situasi melibatkan konsep A
Dan JIKA penggambaran situasi melibatkan
konsep B
MAKA aturan Q digunakan dalam kasus ini
(konsep rekognisi)
Aturan relasional menjelaskan hubungan dari
dua konsep, sebagai berikut :
JIKA konsep A berubah pada petunjuk R sejauh Z
MAKA konsep B akan berubah pada petunjuk M sejauh N
Konsep diatas merupakan materi prasyarat dari
pembelajaran aturan relasional. Satu dari tugas kognitif yang utama adalah
pembelajaran pada situasi rekognitif dimana satu atau lebih konsep berhubungan
dalam penggunaan aturannya. Disini siswa dituntut untuk menghubungkan
konsep-konsepnya, kemudian mereka menentukan konsep mana atau konsep yang
diubah dengan jarak dan petunjuk yang berubah pula. Terakhir siswa harus
menentukan apa dampak perubahan yang terjadi untuk konsep yang lain.
C.
Kondisi yang Mendukung Pembelajaran
Aturan–aturan Relasional
Desain pembelajaran aturan relasional hampir
mirip dengan desain pembelajaran konsep. Seperti halnya desain pembelajaran
konsep, ketika mendesain strategi pembelajaran aturan relasional, perancang
pembelajaran bisa memilih antara pendekatan inkuiri atau pendekatan
ekspositori. Strategi inkuiri untuk pembelajaran aturan relasional melibatkan
penyampaian siswa dengan contoh dan noncontoh dari aplikasi aturan dan
keberanian siswa dalam menemukan suatu aturan tersebut (hubungan konsep-konsep
dalam suatu situasi).
Berikut pengembangan pembelajaran aturan
dalam pembelajaran relasional:
a. Menimbulkan minat dan motivasi.
Pada pendekatan inkuiri itu sendiri dilakukan
stimulsi minat seperlunya. Siswa menunjukkan pengalaman yang lalu dari prinsip
dan aturan yang telah mereka pelajari. Motivasi juga bisa menjadi suatu
peletakan dasar bagaimana menggunakan aturan seperti pada penjelasan,
pengontrolan, atau prediksi dari situasi setiap harinya. Siswa pada tingkat
tinggi juga dimotivasi dengan diskusi bagaimana aturan tersebut nantinya akan
dikombinasikan dengan aturan lain untuk penyelesaian suatu masalah.
b. Membangun Tujuan Instruksional.
Sebelum pelajaran disimpulkan, hal terpenting
adalah menyampaikan secara jelas bentuk aturannya. Untuk pelajaran ekspositori
maksud penyampaian secara jelas/ eksplisit yaitu penyampaian dengan verbal/
kata-kata yang berhubungan dua atau lebih konsep secara bersamaan. Seperti
’Sekarang kalian akan mempelajari bagaimana menentukan perubahan pada volume
gas ketika diberikan perubahan tertentu pada tekanan. Atau guru menanyakan
suatu pertanyaan hubungan diantara konsep dan tujuan yang dimaksudkan pada
pembelajaran.
c. Meninjau Pembelajaran
Untuk perintah yang menggunakan strategi
inkuiri, kejadian ini akan melibatkan pemberian perintah solusi dari teka-teki
’puzzle’ sebaik yang ditampilkan tentang bagaimana seluruh pelajaran
akan mengalami kemajuan. Pada pembelajaran ekspositori, priview melibatkan
garis besar bagaimana pembelajaran akan mengikuti siswa untuk
menyelesaikan teka-teki atau menyelesaikan kembali skenario yang telah
ada.
2. Kegiatan inti
a. Stimulasi mengingat kembali pengetahuan yang relevan
Kebanyakan pengetahuan umum untuk tambahan
dari aturan relasional adalah tambahan dari konsep utama dari suatu aturan.
Siswa harus mempunyai informasi verbal lebih dari suatu konsep (seperti, mereka
harus mampu menggunakan konsep, tidak hanya menyatakan suatu definisi atau
mencirikannya). Contoh, gas yang menguap ketika dipanaskan mempunyai tiga
konsep – ’gas, pemanasan, dan penguapan’.
b. Proses Informasi dan Contoh
Siswa mungkin diperkenalkan dengan pernyataan
dari aturan atau prinsip dan diperkenalkan dengan contoh akibat dari penerapan
aturan tersebut, atau siswa mungkin diperkenalkan dengan contoh dari penerapan
aturan. Jika aturan yang ditetapkan pertama, biasanya dinyatakan dala bentuk
jika-maka, walaupun cara lain dari pernyataan perluasan ini juga bisa diterima.
Pada pembelajaran ekspositori, prinsip akan
diterapkan pada bentuk yang tepat untuk siswa dalam bentuk kosa kata, kalimat
kompleks. Hal tersebut bisa membantu untuk menampilkan pernyataan dari aturan
poster, papan buletin, transparansi, ataupun papan kapur untuk siswa. Hal
tersebut sering berguna untuk menjelaskan mengapa dari prisip atau aturan untuk
membuatnya lebih bermakna dan lebih diingat. Penjelasan yang disampaikan harus
pada tingkat pemahaman pendengar yang berdasarkan pengetahuan mereka. Hal
tersebut menolong mereka unutk mengingat dan menggunakan aturan. Sering
penjelasan ini menggunakan pengetahuan dari aturan relasional yang telah
didapat siswa.
Pada strtaegi inkuiri, tidak ditetapkan
aturan yang pasti tapi akan membimbing siswa untuk mengembangkan pernyataan
dari prinsip yang dioperasikan, setelah mereka mengobservasi perilaku konsep
dalam contoh dari prinsip aplikasinya.
c. Memfokuskan Perhatian
Siswa membutuhkan bimbingan dalam menentukan
konsep mana yang berhubungan dengan aturan dan bagaimana konsep tersebut saling
berkaitan. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang utama pada pernyataan aturan
dengan perubahan nada suara, jika aturan tersebut dinyatakan secara lisan atau
dengan typografi, dan juga aturan tersebut dalam bentuk tulisan. Sebagai
tambahan, siswa memaparkan aplikasi dari aturan, mereka harus diberanikan untuk
fokus pada kegiatan pembelajaran. Mereka juga harus diberanikan untuk mencatat
perintah dan jarak dari perubahan pada variabel (konsep) ketika variabel lain
berubah.
d. Menggunakan strategi pembelajaran
Peserta didik dapat diminta untuk
mengembangkan yang membantu ingatan mereka sendiri, atau jika mereka tidak
dapat melakukannya, mereka dapat disajikan dengan pernyataan-pernyataan untuk
membantu mereka dalam mengingat aturan. Sebagai contoh, banyak dari kita yang
sulit yang membantu ingatan "i sebelum e kecuali sesudah"c"untuk
membantu kita mengingat aturan ejaan. Peserta didik juga dapat diajarkan
teknik untuk mendukung penerapan aturan.
d. Praktek
Ada empat tingkatan latihan yang harus
dipraktekkan. Pertama,
mereka harus melatih apa yang telah ditetapkan pada aturan tersebut. Siswa
diberanikan untuk menetapkan prinsip menggunakan kata-kata sendiri, dengan
memberikan balasan pada pernyataan mereka secara benar dan akurat oleh guru. Kedua, mereka harus berlatih
mengenal situasi dimana aturan tersebut digunakan. Contoh, setelah siswa
mempelajari Hukum Boyle, mereka diberikan latihan per item seperti tekanan dan
volume cairan diubah, tekanan dan volume gas diubah. Siswa mengidentifikasi
situasi tersebut pada penggunaan hukum Boyle. Jika mereka ragu dalam
menghubungkan aturan-aturannya, latihan tersebut bisa dengan mengajukan suatu
pertanyaan yang dibutuhkannnya untuk membedakan diantara aturan yang ada. Ketiga, mereka harus
berlatih menggunakan aturan. Siswa diberikan kesempatan untuk mewujudkan
penggunaan latihan aturan tersebut dengan memprediksi, menjelaskan, atau
mengkontrol akibat dari suatu konsep ke yang lainnya. Keempat, siswa harus
berlatih menentukkan apakah aturantekah benar digunakan. Hal ini penting bagi
mereka, sampai pada kemampuan menggunakan suatu aturan karena mereka tidak akan
ragu dengan aplikasi yang tidak benar sebelum mereka mempunyai kemampuan pada
aplikasi yang benar.
e. Mengevaluasi tanggapan
Identifikasi yang bisa dilakukan dalam
mengevaluasi tanggapan yaitu: 1) apakah aturan tersebut merupakan suatu
pertimbangan yang digunakan, 2) pada situasi apa yang membuat aturan terpakai
atau tidak terpakai. Pada item-item tersebut siswa secara nyata berlatih
menggunakan suatu aturan, feedback yang diberikan harus merupakan bentuk nyata
aplikasinya. Dan juga dengan feedback tersebut siswa menentukan apakah
aturannya telah sesuai digunakan melibatkan indikasi yang jelas dari jawaban
yang benar.
3. Kesimpulan
a. Kesimpulan dan Meninjau ulang
Kesimpulan dan meninjau ulang bisa dinyatakan
dalam pengulangan suatu pernyataan dalam bentuk paragraf. Meninjau ulang bisa
dinyatakan dalam bentuk format grafik, seperti diagram yang menyajikan secara
grafis bahwa hubungan konsep yang terkait dalam aturan.
b. Transfer Pengetahuan
Transfer pengetahuan dalam bentuk umum dari
pembelajaran aturan adalah aplikasi nyata dengan aturan lain pada situasi problem solving. Siswa
diberanikan untuk menempatkan situasi pada kehidupan mereka sehari-hari untuk
diaplikasikan.
c. Penutup dan memberikan motivasi kembali
Mendukung siswa dengan aturan aplikasi yang
relevan pada instruksi tersebut antara kehidupan sehari-harinya.
d. Bentuk Penilaian
D. Proses Kognitif yang Mendukung Pembelajaran Aturan Prosedural
Seperti halnya aturan relasional, aturan
prosedural terdapat bentuk yang akan dipahami. Berikut bentuk umumnya:
JIKA suatu situasi berisi perbedaan X, Y, Z
(pemahaman konsep)
MAKA ikuti prosedur P.
Berikut analisis proses informasi aturan
prosedural :
1. Mengenal situasi aturan prosedural yang digunakan.
2. Menggunakan aturannya
3. Menggunakan langkah pada prosedurnya
4. Jika dibutuhkan, buat keputusan pada titik keputusannya
5. Jika dibutuhkan, pilih cabang yang benar
6. Lengkapi langkah pada cabang tersebut
7. Yakinkan prosedur tersubut terpakai secara tepat
Aturan prosedural (1) menentukan jika situasi
yang dibutuhkan siswa belajar untuk ranah kognitif (misal, pengenalan konsep),
(2) mengingat kembali langkah pada prosedurnya (misal, informasi verbal), (3)
melengkapi langkah pada prosedur, dan (4) menganalisis yang lengkap dan
konfirmasikan bahwa prosedur telah digunakan secara benar. Prosedur yang tidak
mempunyai langkah keputusan disebut linier atau serial. Biasanya prosedur ini
lebih sederhana, dengan hanya beberapa langkah (lima sampai tujuh langkah). Sedangkan
prosedur yang mempunyai langkah keputusan disebut cabang atau paralel. Prosedur
ini lebih kompleks, dengan pengerjaan langkah yang cukup banyak.
0 Response to "Strategi-Strategi Aturan Pembelajaran"
Post a Comment