Mengambil
sel telur yang ada dalam ovarium domba betina, dan mengambil kelenjar mamae
dari domba betina lain.
- Mengeluarkan nukleus sel telur yang haploid.
- Memasukkan sel kelenjar mamae ke dalam sel telur yang tidak memiliki nukleus lagi.
- Sel telur dikembalikan ke uterus domba induknya semula (domba donor sel telur).
- Sel telur yang mengandung sel kelenjar mamae dimasukkan ke dalam uterus domba, kemudian domba tersebut akan hamil dan melahirkan anak hasil dari kloning.
Kloning juga bisa dilakukan pada
seekor katak. Nukleus yang berasal dari sebuah sel di dalam usus seekor
kecebong ditransplantasikan ke dalam sel telur dari katak jenis lain yang
nukleusnya telah dikeluarkan. Kemudian, telur ini akan berkembang menjadi zigot
buatan dan akan berkembang lagi menjadi seekor katak dewasa. Kloning akan
berhasil apabila nukleus ditransplantasikan ke dalam sel yang akan menghasilkan
embrio (sel telur) termasuk sel germa. Sel germa adalah sel yang menumbuhkan
telur dari sperma.
Stem cell adalah sel yang belum
terspesialisasi yang mempunyai kemampuan atau potensi untuk berkembang menjadi
berbagai jenis sel-sel yang spesifik yang membentuk berbagai jaringan tubuh. sistem
sel merupakan sel yang belum berdiferensiasi yang berasal dari organisme
multiseluler yang mampu berkembang menjadi sel-sel setipe, yang selanjutnya
akan berdiferensiasi menjadi berbagai macam sel lainnya. Stem sel juga disebut sel punca, sel induk, dan sel
batang.
Stem sel berfungsi sebagai
sistem perbaikan untuk mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak demi
kelangsungan hidup organisme. Stem sel selain mampu berdiferensiasi
menjadi berbagai sel matang, juga mampu meregenerasi dirinya sendiri. Kemampuan
tersebut memungkinkan stem sel menjadi sistem perbaikan tubuh dengan cara
menyediakan sel-sel baru selama organisme bersangkutan hidup, atau
dengan prinsip sel-sel yang rusak akibat penyakit dapat diganti dengan
sel-sel yang baru
Stem cell pada dasarnya adalah
blok pembangun (building block) pada tubuh manusia. Stem cell di dalam embrio
pada akhirnya akan berkembang menjadi sel, organ dan jaringan di dalam tubuh
janin. Stem cell mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk berkembang menjadi
banyak jenis sel berbeda di dalam tubuh selama masa awal pertumbuhan. Selain
itu juga, di banyak jaringan mereka bertindak layaknya sistem perbaikan
internal (Internal Repair System). Saat sel punca terbelah, sel yang
baru mempunyai potensi untuk tetap menjadi sel punca atau menjadi sel dari
jenis lain dengan fungsi yang lebih khusus, misalnya sel otot, sel
darah merah atau sel otak. Stem sel mempunyai 2 sifat yang khas yaitu
:
1. Kemampuan
untuk berdiferensiasi menjadi sel lain (differentiate). Dalam hal
ini stem cell mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel
matang, misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas,
dan lain-lain. Proses diferensiasi stem cell diduga disebabkan oleh faktor
internal maupun eksternal sel. Faktor internal mencakup faktor genetik dan
epigenetik, sedangkan faktor eksternal mencakup kondisi lingkungan sekitar sel,
faktor pertumbuhan ataupun bergantung pada kebutuhan jaringan atau organ tubuh
itu sendiri.
2. Kemampuan
untuk memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri (self-regenerate/self-renew). Dalam
hal ini stem cell dapat membuat salinan sel yang persis sama dengan
dirinya melalui pembelahan sel. Stem cell dapat melakukan replikasi dan
menghasilkan sel-sel berkarakteristik sama dengan sel induknya. Kemampuan ini
tidak dimiliki oleh sel-sel tubuh lainnya seperti sel jantung, otak maupun
pankreas. Populasi stem cell dalam tubuh terjaga dengan kemampuannya
memperbanyak diri sendiri. Kemampuan ini dapat dilakukan berulang kali , bahkan
diduga tidak terbatas, dan dapat dipertahankan ddalam jangka waktu yang relatif
lama.
Jenis-Jenis Stem Cell
Penggolongan stem cell dapat
dibedakan menjadi dua yaitu berdasarkan kemampuannya berdiferensiasi dan
berdasarkan sumber asal selnya. Adapun penjelasan dari masing-masing
penggolongan tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Jenis-jenis stem cell berdasarkan kemampuan
berdiferensiasi
Berdasarkan kemampuan
berdiferensiasi, stem cell dibagi menjadi beberapa jenis yaitu totipotent,
pluripotent, multipotent, dan unipotent.
a. Totipotent
merupakan sel yang memiliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi semua jenis sel, yaitu
sel ekstraembrionik, sel somatik, dan sel seksual.
Contoh dari stem cell totipotent adalah zigot.
b. Pluripotent merupakan sel yang dapat berdiferensiasi
menjadi tiga lapisan germinal (ektoderm, mesoderm, dan endoderm), tapi tidak
dapat menjadi jaringan ekstraembryonik atau tidak dapat membentuk suatu
organisme baru seperti plasenta dan tali pusat.
Contoh dari stem cell pluripotent adalah embryonic stem cell.
c. Multipotent merupakan sel yang dapat berdiferensiasi
menjadi beberapa jenis sel dewasa. Contoh
dari stem cell multipotent adalah hematopoietic stem cells.
d. Unipotent merupakan sel yang hanya dapat menghasilkan
satu jenis sel tertentu. Berbeda dengan non-stem cell, stem cell unipoten
mempunyai sifat dapat memperbaharui atau meregenerasi diri
(self-regenerate/self-renew).
2.
Jenis-jenis stem cell berdasarkan sumber asal
sel
Stem cell ditemukan pada
berbagai jaringan tubuh. Berdasarkan sumber asal sel pada jaringan tubuh, stem
cell dibagi menjadi embryonic stem cell, adult stem cell, dan fetal stem cell.
a. Embryonic
stem cell (sel induk embrio) merupakan stem cell
yang didapatkan saat perkembangan individu masih berada dalam tahap embrio.
Lebih tepatnya, embryonic stem cell
adalah sel hasil kultur Inner Cell Mass (massa sel dalam) yang berasal dari
embrio stadium blastosit (embrio yang terdiri dari 50 ¬ 150 sel dan terbentuk
saat embrio berusia 3-5 hari). Untuk mengisolasi Inner Cell Mass dari dalam
kantung blastocoel, lapisan tropoblast perlu terlebih dahulu dilisiskan. Embrio
yang utuh memiliki sifat totipoten yaitu dapat berkembang menjadi suatu
individu baru, sedangkan embryonic stem cell memiliki sifat pluripoten yaitu dapat berkembang menjadi sel yang
berasal dari 3 galur (ektoderm, mesoderm, dan endoderm). Embryonic stem cell
biasanya didapatkan dari sisa embrio yang tidak dipakai pada IVF (in vitro
fertilization). Tapi saat ini telah dikembangkan teknik pengambilan embryonic
stem cell yang tidak membahayakan embrio, sehingga dapat terus hidup dan
bertumbuh.
b. Adult
stem cell (sel induk dewasa) merupakan stem cell
yang ditemukan di antara sel-sel lain yang telah berdiferensiasi dalam suatu
jaringan yang telah mengalami maturasi. Dengan kata lain, stem cell dewasa
adalah sekelompok sel yang belum berdiferensiasi, bahkan terkadang ditemukan
dalam keadaan inaktif pada suatu jaringan yang telah memiliki fungsi spesifik
dalam tubuh individu. Keberadaan stem cell jenis ini diperkirakan bertujuan
untuk menjaga homeostasis jaringan tempatnya berada. Adult stem cell
mempunyai dua karakteristik. Karakteristik pertama adalah sel-sel tersebut
dapat berproliferasi untuk periode yang panjang untuk memperbaharui diri.
Karakteristik kedua, sel-sel tersebut dapat berdiferensiasi untuk menghasilkan
sel-sel khusus yang mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi yang spesial. Adult stem cell mempunyai sifat plastis, artinya
selain berdiferensiasi menjadi sel yang sesuai dengan jaringan asalnya, juga
dapat berdiferensiasi menjadi sel jaringan lain. Adult stem cell
dibedakan menjadi hematopoietic stem cell dan mesenchymal stem cell.
c. Hematopoietic
stem cell adalah sel induk pembentuk darah yang mampu membentuk sel darah
merah, sel darah putih, dan keping darah yang sehat. Sumber
sel induk hematopoietik adalah sumsum tulang, darah tepi, dan darah tali pusat.
Pembentukan sel induk hematopoietik terjadi pada tahap awal embriogenesis,
yaitu dari mesoderm dan disimpan pada situs-situs spesifik di dalam embrio.
d. Mesenchymal
stem cell adalah sel induk multipotensi yang dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel
tulang, otot, ligamen, tendon, dan lemak. Namun ada beberapa bukti yang
menyatakan bahwa sebagian mesenchymal stem cell bersifat pluripotensi sehingga
tidak hanya dapat berubah menjadi jaringan mesodermal tetapi juga endodermal.
Sel induk mesenkimal dapat ditemukan pada stroma sumsum tulang belakang,
periosteum, lemak, dan kulit.
e. Fetal stem cell merupakan sel primitif yang
dapat ditemukan pada organ-organ fetus (janin) seperti sel induk hematopoietik
fetal dan progenitor kelenjar pankreas. Fetus
mengandung stem cells yang adalah pluripotent dan secepatnya berkembang kedalam
jaringan-jaringan tubuh yang berbeda didalam fetus. Sel induk neural
fetal yang ditemukan pada otak janin menunjukkan kemampuan untuk
berdiferensiasi menjadi sel neuron dan sel glial (sel-sel pendukung pada sistem
saraf pusat). Darah, plasenta, dan tali pusat janin kaya akan sel induk
hematopoietik fetal.
Berdasarkan jenis tersebut, terdapat sejumlah
persamaan dan perbedaan antara embryonic stem cell dengan adult stem cell.
Secara umum persamaan potensi stem cell embrionik dan dewasa adalah sebagai
berikut:
a.
Berada dalam kondisi
yang belum berdiferensiasi.
b.
Dapat melakukan
proliferasi yang menghasilkan sel-sel dengan sifat dan karakteristik yang sama
dengan sel induknya.
c.
Dapat berdiferensiasi
menjadi lebih dari satu jenis sel spesifik.
Sedangkan perbedaan antara stem cell
embrionik dan dewasa adalah sebagai berikut.
a.
Stem cell embrionik
berasal dari ICM, sedangkan stem cell dewasa berasal dari populasi sel somatis.
b.
Potensi diferensiasi
untuk stem cell embrionik adalah pluripoten, sedangkan stem cell dewasa
multipoten.
c.
Potensi proliferasi stem
cell embrionik lebih besar dari pada stem cell dewasa.
d. Isolasi stem cell
embrionik lebih mudah dilakukan karena seluruh sel yang tergolong ICM adalah
stem cell embrionik, sedangkan isolasi stem cell dewasa lebih sulit karena
konsentrasi atau perbandingannya dengan sel-sel dewasa dalam jaringan sangat
kecil.
e.
Kulturisasi in vitro pada
stem cell embrionik lebih mudah karena ditunjang dengan kemampuan proliferasi
yang lebih tinggi dan prosedur yang lebih baku, sedangkan pada stem cell dewasa
lebih sulit karena kemampuan proliferasinya yang lebih rendah dan prosedur yang
masih terus dioptimalkan.
Teknik Memperoleh Stem Cell
Stem cell dapat diperoleh
melalui teknik transplantasi. Transplantasi stem cell dapat berupa transplantasi autologus, transplantasi alogenik,
dan transplantasi singenik.
a. Transplantasi autologus, yaitu transplantasi menggunakan sel induk pasien sendiri, yang dikumpulkan
sebelum pemberian kemoterapi dosis tinggi.
b. Transplantasi alogenik, yaitu transplantasi menggunakan sel induk dari donor yang cocok, baik
dengan hubungan keluarga atau tanpa hubungan keluarga.
c. Transplantasi singenik, yaitu transplantasi menggunakan sel induk dari saudara kembar identik.
Berdasarkan sumbernya,
transplantasi stem cell dapat dibedakan menjadi sebagai berikut.
a. Transplantasi
sel induk dari sumsum tulang (bone marrow transplantation)
Sumsum tulang adalah jaringan spons yang terdapat dalam tulang-tulang besar seperti tulang pinggang, tulang dada, tulang
punggung, dan tulang rusuk. Sumsum tulang merupakan sumber yang kaya akan sel
induk hematopoietik. Sejak dilakukan pertama kali kira-kira 30 tahun yang lalu,
transplantasi sumsum tulang digunakan sebagai bagian dari pengobatan leukemia, limfoma jenis tertentu, dan anemia aplastik. Karena teknik dan angka keberhasilannya
semakin meningkat, maka pemakaian transplantasi sumsum tulang sekarang ini
semakin meluas. Pada transplantasi ini prosedur yang dilakukan cukup sederhana,
yaitu biasanya dalam keadaan teranestesi total. Sumsum tulang (sekitar 600 cc) diambil dari
tulang panggul donor dengan bantuan sebuah jarum suntik khusus, kemudian sumsum
tulang itu disuntikkan ke dalam vena resipien. Sumsum tulang donor berpindah dan menyatu di
dalam tulang resipien dan sel-selnya mulai berproliferasi. Pada
akhirnya jika semua berjalan lancar, seluruh sumsum tulang resipien akan
tergantikan dengan sumsum tulang yang baru. Namun, prosedur transplantasi
sumsum tulang memiliki kelemahan karena sel darah putih resipien telah dihancurkan oleh terapi radiasi dan
kemoterapi. Sumsum tulang yang baru memerlukan waktu sekitar 2-3 minggu untuk
menghasilkan sejumlah sel darah putih yang diperlukan guna melindungi resipien
terhadap infeksi. Transplantasi sumsum tulang memerlukan kecocokan HLA 6/6 atau paling tidak 5/6. Risiko lainnya
adalah timbulnya penyakit GvHD, di mana sumsum tulang yang baru menghasilkan sel-sel
aktif yang secara imunologi menyerang sel-sel resipien. Selain itu,
risiko kontaminasi virus lebih tinggi dan prosedur pencarian donor yang memakan
waktu lama.
b. Transplantasi sel induk darah tepi (peripheral blood
stem cell transplantation)
Seperti
halnya sumsum tulang, peredaran darah tepi merupakan sumber sel induk
walaupun jumlah sel induk yang dikandung tidak sebanyak pada sumsum tulang.
Untuk mendapatkan jumlah sel induk yang jumlahnya mencukupi untuk suatu
transplantasi, biasanya pada donor diberikan granulocyte-colony
stimulating factor (G-CSF) untuk menstimulasi sel induk hematopoietik
bergerak dari sumsum tulang ke peredaran darah. Transplantasi ini dilakukan
dengan proses yang disebut aferesis. Jika resipien
membutuhkan sel induk hematopoietik, pada proses ini darah lengkap diambil dari
donor dan sebuah mesin akan memisahkan darah menjadi komponen-komponennya,
secara selektif memisahkan sel induk dan mengembalikan sisa darah ke donor.
Transplantasi sel induk darah tepi pertama kali berhasil dilakukan pada tahun
1986. Keuntungan transplantasi sel induk darah tepi adalah lebih mudah didapat.
Selain itu, pengambilan sel induk darah tepi tidak menyakitkan dan hanya perlu
sekitar 100 cc. Keuntungan lain, sel induk darah tepi lebih mudah
tumbuh. Namun, sel induk darah tepi lebih rentan, tidak setahan sumsum tulang.
Sumsum tulang juga lebih lengkap, selain mengandung sel induk juga ada jaringan
penunjang untuk pertumbuhan sel. Karena itu, transplantasi sel induk darah tepi
tetap perlu dicampur dengan sumsum tulang.
c. Transplantasi sel induk darah tali pusat
Pada
tahun 1970-an, para peneliti menemukan bahwa darah plasenta manusia
mengandung sel induk yang sama dengan sel induk yang ditemukan dalam sumsum
tulang. Karena sel induk dari sumsum tulang telah berhasil mengobati
pasien-pasien dengan penyakit-penyakit kelainan darah yang mengancam jiwa
seperti leukemia dan gangguan-gangguan sistem kekebalan tubuh, maka para
peneliti percaya bahwa mereka juga dapat menggunakan sel induk dari darah tali
pusat untuk menyelamatkan jiwa pasien mereka. Darah tali pusat mengandung
sejumlah sel induk yang bermakna dan memiliki keunggulan di atas transplantasi
sel induk dari sumsum tulang atau dari darah tepi bagi pasien-pasien tertentu.
Transplantasi sel induk dari darah tali pusat telah mengubah bahan sisa dari
proses kelahiran menjadi sebuah sumber yang dapat menyelamatkan jiwa. Transplantasi
sel induk darah tali pusat pertama kali dilakukan di Perancis pada
penderita anemia Fanconi tahun 1988. Pada tahun 1991, darah tali
pusat ditransplantasikan pada penderita Chronic Myelogenous Leukemia. Kedua
transplantasi inii berhasil dengan baik. Sampai saat ini telah dilakukan
kira-kira 3.000 transplantasi darah tali pusat.
Peran Stem Cell Bagi
Kehidupan
Stem cell sangat berperan bagi
kehidupan karena sifat khas yang dimilikinya. Adapun peran stem cell adalah
sebagai berikut.
a. Terapi
gen
Stem cell (dalam hal ini hematopoietic
stem cell) digunakan sebagai alat pembawa transgen ke dalam tubuh pasien,
dan selanjutnya dapat dilacak jejaknya apakah stem cell ini berhasil
mengekspresikan gen tertentu dalam tubuh pasien. Dan karena stem cell mempunyai
sifat self-renewing, maka pemberian pada terapi gen tidak perlu
dilakukan berulang-ulang, selain itu hematopoietic stem cell juga dapat
berdiferensiasi menjadi bermacam-macam sel, sehingga transgen tersebut dapat
menetap di berbagai macam sel.
b. Mengetahui
proses biologis, yaitu perkembangan organisme dan perkembangan kanker. Melalui
stem cell dapat dipelajari nasib sel, baik sel normal maupun sel kanker.
c. Penemuan
dan pengembangan obat baru, yaitu untuk mengetahui efek obat terhadap berbagai
jaringan.
d. Terapi
sel berupa replacement therapy. Oleh karena stem cell dapat hidup di
luar organ tubuh manusia misalnya di cawan petri, maka dapat dilakukan
manipulasi terhadap stem cell itu tanpa mengganggu organ tubuh manusia. Stem
cell yang telah dimanipulasi tersebut dapat ditransplantasi kembali masuk ke
dalam organ tubuh untuk menangani penyakit-penyakit tertentu. Ada 3 golongan
penyakit yang dapat diatasi oleh stem cell, yaitu:
a) Penyakit
autoimun, misalnya pada lupus, artritis reumatoid dan diabetes tipe 1. Setelah
diinduksi oleh growth factor agar hematopoietic stem cell banyak
dilepaskan dari sumsum tulang ke darah tepi, hematopoietic stem cell
dikeluarkan dari dalam tubuh untuk dimurnikan dari sel imun matur. Lalu tubuh
diberi agen sitotoksik atau terapi radiasi untuk membunuh sel-sel imun matur
yang tidak mengenal self antigen (dianggap sebagai foreign antigen).
Setelah itu hematopoietic stem cell dimasukkan kembali ke tubuh,
bersirkulasi dan bermigrasi ke sumsum tulang untuk berdiferensiasi menjadi sel
imun matur sehingga sistem imun tubuh kembali seperti semula.
b) Penyakit
degeneratif, pada penyakit degeneratif seperti stroke, penyakit Parkinson,
penyakit Alzheimer, terdapat beberapa kerusakan atau kematian sel-sel tertentu
sehingga bermanifestasi klinis sebagai suatu penyakit. Pada keadaan ini stem
cell setelah dimanipulasi dapat ditransplantasi ke dalam tubuh pasien agar stem
cell tersebut dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel organ tertentu yang
menggantikan sel-sel yang telah rusak atau mati akibat penyakit degeneratif.
c) Penyakit
keganasan. Prinsip terapi stem cell pada keganasan sama dengan penyakit
autoimun. Hematopoietic stem cell yang diperoleh baik dari sumsum tulang
atau darah tali pusat telah lama dipakai dalam terapi leukemia dan penyakit
darah lainnya.
Ada beberapa alasan mengapa stem
cell merupakan calon yang bagus dalam terapi sel, yaitu :
1) Stem
cell tersebut dapat diperoleh dari pasien itu sendiri. Artinya transplantasi
dapat bersifat autolog sehingga menghindari potensi rejeksi. Berbeda dengan
transplantasi organ yang membutuhkan organ donor yang sesuai (match),
transplantasi stem cell dapat dilakukan tanpa organ donor yang sesuai.
2) Mempunyai
kapasitas proliferasi yang besar sehingga dapat diperoleh sel dalam jumlah
besar dari sumber yang terbatas. Misalnya pada luka bakar luas, jaringan kulit
yang tersisa tidak cukup untuk menutupi lesi luka bakar yang luas. Dalam hal
ini terapi stem cell sangat berguna.
3) Mudah
dimanipulasi untuk mengganti gen yang sudah tidak berfungsi lagi melalui metode
transfer gen. Hal ini telah dijelaskan dalam penjelasan mengenai terapi gen di
atas.
4) Dapat
bermigrasi ke jaringan target sehingga dapat berintegrasi ke dalam jaringan
serta berinteraksi dengan jaringan sekitarnya.
Terdapat beberapa contoh peran
stem cell dalam mengobati penyakit, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Stem cell
untuk diabetes
Pada diabetes, terjadi
kekurangan insulin atau kurangnya kepekaan terhadap insulin. Dalam hal ini
transplantasi sel pulau Langerhans diharapkan dapat memenuhi kebutuhan insulin.
Pada awalnya, kira-kira 10 tahun yang lalu, hanya 8% transplantasi sel pulau Langerhans
yang berhasil. Hal ini terjadi karena reaksi penolakannya besar sehingga
diperlukan sejumlah besar steroid. Padahal makin besar steroid yang dibutuhkan,
makin besar pula kebutuhan metabolik pada sel penghasil insulin. Namun,
baru-baru ini penelitian yang dilakukan oleh James Shapiro dkk. di Kanada,
berhasil membuat protokol transplantasi sel pulau Langerhans dalam jumlah
banyak dengan metode imunosupresi yang berbeda dengan yang sebelumnya. Pada
penelitian tersebut, 100% pasien yang diterapi transplantasi sel pulau
Langerhans pankreas tidak memerlukan injeksi insulin lagi dan gula darahnya
tetap normal setahun setelah transplantasi. Penelitian-penelitian yang sudah
dilakukan untuk diabetes ini mengambil sumber stem cell dari kadaver, fetus,
dan dari embryonic stem cell. Selanjutnya, masih dibutuhkan penelitian untuk
menemukan cara membuat kondisi yang optimal dalam produksi insulin, sehingga
dapat menggantikan injeksi insulin secara permanen.
....
....
2. Stem cell
untuk skin replacement
Dengan bertambahnya pengetahuan
mengenai stem cell, maka peneliti telah dapat membuat epidermis dari
keratinosit yang diperoleh dari folikel rambut yang dicabut. Hal ini
memungkinkan transplantasi epidermis autolog, sehingga menghindari masalah
penolakan. Pemakaian skin replacement ini bermanfaat dalam terapi ulkus
vena ataupun luka bakar.
3. Stem cell
untuk penyakit Parkinson
Pada penyakit Parkinson,
didapatkan kematian neuron-neuron nigra-striatal, yang merupakan neuron
dopaminergik. Dopamin merupakan neurotransmiter yang berperan dalam gerakan
tubuh yang halus. Dengan berkurangnya dopamin, maka pada penyakit Parkinson
terjadi gejala-gejala gangguan gerakan halus. Dalam hal ini transplantasi
neuron dopamin diharapkan dapat memperbaiki gejala penyakit Parkinson. Tahun 2001,
dilakukan penelitian dengan menggunakan jaringan mesensefalik embrio manusia
yang mengandung neuron-neuron dopamin. Jaringan tersebut ditransplantasikan ke
dalam otak penderita Parkinson berat dan dipantau dengan alat PET (Positron
Emission Tomography). Hasilnya setelah transplantasi terdapat perbaikan
dalam uji-uji standar untuk menilai penyakit Parkinson, peningkatan fungsi
neuron dopamin yang tampak pada pemeriksaan PET, dan perbaikan bermakna ini
tampak pada penderita yang lebih muda. Namun setelah 1 tahun, 15% dari pasien
yang ditransplantasi ini kambuh setelah dosis levodopa dikurangi atau
dihentikan.
4. Stem cell
untuk penyakit jantung
Penelitian terkini memberikan
bukti awal bahwa adult stem cells dan embryonic stem cell dapat menggantikan
sel otot jantung yang rusak dan memberikan pembuluh darah baru. Strauer dkk.
mencangkok mononuclear bone marrow cell autolog ke dalam arteri yang
menimbulkan infark pada saat PTCA, 6 hari setelah infark miokard akut. Sepuluh
pasien yang diberi stem cell area infarknya menjadi lebih kecil dan
indeks volume stroke, left ventricular end-systolic volume,
kontraktilitas area infark, dan perfusi miokard menunjukkan perbaikan
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Perin dkk. memberikan transplantasi bone
marrow mononuclear cells autolog yang diinjeksikan pada miokard yang lemah
dengan panduan electromechanical mapping pada 14 pasien gagal jantung
iskemik kronik berat. Single-Photon Emission Computed Tomography Myocardial
Perfusion Scintigraphy menunjukkan penurunan efek yang signifikan dan
perbaikan fungsi sistolik ventrikel kiri global pada pasien yang diterapi.
0 Response to "Bioteknologi Kloning "
Post a Comment